Minggu, 07 November 2010

if indeed I was destined to own
I'm not going to come in your life
if I did ditajdirkan to fill your day today
I will make you happy
if I did become a thorn in your life
I'm going away
but if you need me
I'm always here


jika memang aku ditakdirkan untuk sendiri
aku tak akan datang di kehidupan kalian
jika aku memang ditajdirkan untuk mengisi hari hari kalian
aku akan membuat kalian bahagia
jika aku memang jadi duri di kehidupan kalian
aku akan menjauh
tapi jika kalian membutuhkan aku
aku selalu ada di sini

diaryku

dear deary,

hari ini aku sempetin nulis kisah yang udah lama aku pendam,

diary aku benci dengan kata sahabat, aku pikir sahabat akan selalu ada buat kita, aku pikir dia yangselalu bisa memahami perasaanku, tapi enggak, semua itu aku rasaain, saat aku ditinggal sahabatku, aku yang sendiri semakin sendiri, diam dirumah tanpa gurauan dari sahabat yang terbiasa menemaniku, aku gak percaya dengan sahabat karena sahabat juga bikin aku sakit hati............

Jumat, 05 November 2010

dari orang lain

Aku tertegun sejenak, ketika menginjakkan kaki di lobby hotel Somerset. Ketika melihat tubuhnya yang telah berubah (tambah subur). Tapi senyum dan keramahan masih terpancar seperti dulu. Sepuluh tahun lebih kami tidak berjumpa. Dia bekerja di Jakarta dan telah menetap bersama istri dan dua anak. Sedangkan aku mulai lulus sampai sekarang masih berkutat di Surabaya dan Sidoarjo.

Kenangan sewaktu kuliah terus menyeruak diantara perbincangan kami di sebuah restoran dekat hotel. Perbincangan tentang perjalanan karier kami masing masing , tentang keadaan keluarga, hingga tentang planning jangka panjang. Rasa kangen bertahun2 terobati malam itu. Memang dulu dia merupakan sahabat sejatiku yang merupakan pemacu semangatku untuk cepat2 menyelesaikan kuliah dan mencari pekerjaan.

Satu hal yang membuatku salut padanya, adalah ketika dia memutuskan hijrah ke Jakarta guna mencari kehidupan yang lebih baik berbekal ijazah meskipun dengan nilai yang pas2an. Tahun pertama di Jakarta dia mendapat pekerjaan sebagai Sales Engineer dengan gaji yang hanya cukup untuk makan doang. Target penjualan dan segala beban hidup yang menghimpit dia hadapi dengan lapang dan iklash sebagai konsekuensi pilihan hidup yang harus dijalani. Tahun2 berikutnya tidak jauh berbeda, meskipun dia telah berganti-ganti kerja dalam bidang yang sama, tetap saja kehidupannya pas2an. Hingga pada sekitar dua tahun lalu dia diterima di sebuah perusahaan asing dengan jabatan yang cukup mentereng (setingkat manager). Kehidupannya berubah. Dia telah berhasil membeli rumah yang cukup elit. Segala yang dia tidak rasakan ketika di kehidupannya dulu kini bisa dia jumpai dengan mudah. Masa sulit telah berganti. Segala derita yang telah dirasakan dahulu telah bermetamorfosa ke dalam gelombang bahagia.

Renungan: Bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan iklash di masa lalu membawa dampak yang lebih baik bagi kehidupan di kemudian hari.